Kamis, 29 November 2012

peralatan berperang suku dayak

Mandau

Mandau adalah salah satu senjata suku Dayak yang merupakan pusaka turun temurun dan dianggap sebagai barang keramat. Di samping itu mandau juga merupakan alat untuk memotong dan menebas tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, karena nyaris sebagian besar kehidupan seharian orang Dayak berada di hutan, maka mandau selalu berada dan diikatkan pada pinggang mereka.
Sering kali orang terkecoh antara mandau dan parang atau yang disebut ambang atau apang. Seorang yang tidak terbiasa akan dengan mudah mengira bahwa ambang atau apang adalah mandau karena memang bentuknya sama. Namun bila diperhatikan lebih seksama perbedaan akan ditemukan, yaitu mandau lebih kuat dan lentur karena terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dengan proses pengolahan sedemikian rupa, sedangkan ambang atau apang terbuat dari besi biasa. Mandau bertatah, atau berukir  dengan menggunakan emas, perak atau tembaga sedangkan ambang atau apang hanya terbuat dari besi biasa.
Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau dirawat dengan baik karena diyakini bahwa mandau memiliki kekuatan spiritual yang mampu melindungi mereka dari serangan dan maksud jahat lawan. Di samping itu diyakini bahwa mandau dijaga oleh seorang perempuan, yang apabila pemilik mandau bermimpi dijumpai perempuan penunggu mandau, berarti rezeki.
Mandau selain dibuat dari besi batu gunung dan diukir, pulang atau hulu mandau  yang biasa disebut pulang mandau juga  dibuat berukir dengan menggunakan tanduk rusa untuk warna putih dan tanduk kerbau untuk warna hitam Namun dapat pula dibuat dengan  menggunakan  kayu kayamihing. Untuk memproses pembuatan pulang mandau dengan  kayu kayamihing terlebih dahulu batang kayu yang akan digunakan tersebut direndam dalam tanah luncur yaitu tanah yang ditemukan di daerah pantai. Dibagian ujung pulang mandau diberi bulu binatang atau rambut manusia. Untuk merekatkan mandau dengan pulangnya digunakan getah kayu sambun yang telah terbukti daya rekatnya.
          


Gambar Pulang mandau terbuat dari tanduk rusa

Setelah pulang dan mandau terikat dengan baik, baru kemudian diikat lagi dengan jangang. Kemampuan daya tahan jangang tidak perlu diragukan, namun apabila jangang sulit ditemukan dapat diganti dengan  anyaman rotan.
Besi mantikei banyak ditemukan di daerah :
•    Di Kereng Gambir, sungai Koro Jangkang, Sungai Mantikei anak Sungai Samba simpangan Sungai Katingan.
•    Batu Mujat dan Batu Tengger yang terdapat disekitar  Pasir Tanah Grogot.
•    Di hulu Sungai Mahakam sekitar Long Tepat dan Long Deho, serta sekitar Long Nawang dan Long Pahangai (Kalimantan Timur)
•    Batu Montalat yang terdapat di hulu Sungai Montalat anak Sungai Barito (Kabupaten Barito) di daerah Saripoi Barito Hulu.
•    Di hulu Sungai Kapuas (Kalimantan Barat) di udik Putu Sibau.
•    Di hulu Sungai Baram, daerah Kucing (Serawak Kalimantan Utara).

Dibutuhkan kemampuan memilih bebatuan yang mengandung besi bila mengawali pekerjaan ini. Kemudian bebatuan yang terkumpul mereka masak dalam tumpukan ranting-ranting dan daun kering dengan menggunakan alat yang disebut puputan, hingga batu-batuan itu bernyala. Dalam keadaan bernyala, bebatuan dimasukkan ke dalam air, bebatuan mendidih di air, dan terurai. Butir-butiran besi yang dihasilkan diolah menjadi bahan pembuatan mandau. Besi mantikei sangat keras, tajam, dan elastis, juga mengandung bisa, disamping itu mahluk halus yang punya maksud jahat takut pada daya magis yang dimiliki oleh besi mantikei tersebut.
Membuat Mandau dengan besi mantikei prosesnya lebih mudah karena pemanasan cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang. Setelah sekali dipanaskan, sekali dicelupkan ke dalam air, yang biasa disebut suhup lewa, besi mantikei tersebut dapat segera diproses menjadi bentuk mandau yang diinginkan. Dari tetek tatum diketahui bahwa mereka yang mampu mengolah besi batu gunung menjadi mandau hanyalah Pangkalima Sempung dan Bungai serta anak turunannya saja.
Kumpang mandau ialah sarung mandau. Kumpang mandau dibuat dari batang pohon kayu bawang, atau kayu garunggung yang  telah tua usianya. Pada umumnya ketika membuat kumpang lebih cendrung dipilih bahan kayu garunggung karena selain mudah dibentuk, juga tidak mudah pecah. Bagian ujung kumpang mandau tempat masuknya mata mandau dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang mandau diberi tiga tempuser undang yaitu tiga ikatan yang terbuat dari anyaman rotan. Apabila Tempuser undang berjumlah empat buah berarti mandau tersebut adalah milik pangkalima.  Ukiran yang populer digunakan pada  kupang mandau ialah ukiran Rambunan Tambun.
Peralatan pada saat membuat kumpang mandau ialah rautan, pisau, jujuk, dan daun ampelas. Agar kumpang mandau menjadi halus dan licin  lalu diampelas dengan sejenis daun berbulu yang bernama bajakah tampelas. Pada kumpang mandau biasanya diberi hiasan manik-manik, atau bulu-bulu burung seperti burung haruei, burung tingang, burung tanjaku atau burung baliang.
Kumpang mandau diberi tali yang terbuat dari anyaman rotan. Guna tali untuk mengikat mandau di pinggang karena memang demikianlah cara tepat membawa mandau. Cara memakai mandau yang benar ialah diikat dipinggang kiri, kupang mandau arah kedepan, dan mata mandau menghadap ke atas. Tali kumpang selain dipakai untuk mengikat mandau pada pinggang juga tempat mengikat dan menyimpan penyang yaitu taring-taring binatang  dan benda-benda kecil bertuah sebagai jimat.
Pada bagian depan kumpang dibuat sarung kecil untuk menyimpan langgei Puai. Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil pelengkap mandau.  Tangkainya panjang sekitar dua puluh sentimeter dan mata pisaunya berbentuk lebih kecil dari tangkainya. Bentuk mata pisau semakin ke ujung semakin runcing  dan sangat tajam. Gunanya untuk membersihkan dan menghaluskan benda-benda seperti rotan, juga berfungsi untuk mengeluarkan duri yang terinjak di telapak kaki, karena di masa yang telah lalu orang Dayak berkelana di hutan tanpa alas kaki. Sarung atau kumpang langgei melekat pada sarung atau kumpang mandau, sehingga mandau dan langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.



Gambar Kumpang Mandau dan Langgei Puai
    ( Karya Damang J.Saililah )

Beberapa model mandau yang dikenal antara lain :
•    Model mata mandau Bawin Butung, model hulu mandau, pulang kayuh.
•    Model mata mandau Hatuen Balui,  model hulu mandau pulang kayuh.
•    Model mata mandau bawin Balui, model hulu mandau pulang kayuh.
•    Model Bawen Buhu. Bertatah tiga baris, dibagian ujung mandau juga diberi ukiran. Model pulang kayuh Neneng.
•    Model Butung Bahun Badulilat. Bertatah dua baris. Mandau jenis ini harganya sangat mahal.
•    Model Birang. Polos tanpa tatah, dengan pulang model kamau.


Gambar Mata Mandau
( Karya Damang J. Saililah )

Telawang

Telawang atau perisai yaitu perlengkapan perang yang gunanya untuk melindungi diri menghadapi serangan senjata lawan. Telawang terbuat dari kayu liat, tidak mudah pecah dan ringan, bentuk  persegi enam,  ukuran panjang sekitar satu sampai dua meter, dengan lebar tiga puluh sampai lima puluh  centi meter dan ujungnya mengecil.  Biasanya sebelah depan diberi ukiran sesuai selera pemiliknya, dan sebelah dalam diberi pegangan.

Sipet
Sipet atau sumpit merupakan senjata utama suku Dayak. Bentuknya bulat panjang berukuran satu setengah sampai dua meter, berdiameter dua sampai tiga sentimeter. Pada ujung sipet dibuat sasaran bidik berupa patok kecil bentuk wajik berukuran tiga sampai lima sentimeter. Pada bagian tengah sipet berlubang, harus lurus dan licin dengan diameter seperempat sampai tiga perempat sentimeter. Kadang-kadang lubang sipet bagian bawah lebih besar dari pada lubang sipet bagian atas tetapi kadang-kadang lubang atas dan bawah ukurannya sama. Guna lubang untuk memasukan anak sumpitan atau damek. Bagian atas sipet tepat di depan sasaran bidik, dipasang tombak yang disebut sangkoh terbuat dari batu gunung yang diikat dengan anyaman rotan.
Cara menggunakan sipet adalah sebagai berikut. Mula-mula, damek atau anak sumpitan dimasukkan kedalam lubang sipet dari bawah lalu dengan menggunakan sasaran bidik , lubang  tersebut ditiup menuju sasaran yang dituju. Ketika ditiup kekuatan terbang damek untuk mencapai sasaran dapat mencapai dua ratus meter.
Tidak semua jenis kayu dapat di buat sipet. Dari pengalaman untuk mendapatkan hasil maksimal, sipet dibuat dari kayu tampang, kayu ulin/tabalien, kayu lanan, kayu berangbungkan, kayu plepek, atau kayu resak. Kemudian dibutuhkan juga tamiang atau lamiang yaitu bambu kecil yang beruas panjang. Jenis bambu ini keras dan mengandung racun.
Tidak semua orang mampu membuat sipet, hanya orang-orang yang ahli dalam bidangnya saja yang mampu. Di Kalimantan, suku-suku yang terkenal sebagai suku yang gemar dan mempunyai keahlian khusus dalam pembuatan sumpitan yaitu Suku Dayak Ot Danom, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang dan Pasir. Pembuatan sipet diawali dengan penebangan pohon kayu besar, yang kemudian dipotong memanjang sekitar tiga meter. Dari sebuah pohon berukuran besar dapat dibuat sepuluh sampai dua puluh batang sipet. Untuk membuat lubang di tengah sipet, digunakan alat yang mereka buat sendiri  dari batu gunung yang telah dilebur. Lubang sumpitan harus lurus dan licin.
Proses pembuatan dapat dilakukan dengan dua cara, pertama murni menggunakan tenaga dan ketrampilan tangan si pembuat. Cara kedua dengan memanfaatkan tenaga alam yaitu dengan kekuatan arus air yang terdapat di riam dan dibuat semacam kincir penumbuk padi. Dengan cara ini sipet yang dihasilkan akan lebih banyak sekitar sepuluh batang perminggu. Harga jual per sipet telah ditentukan oleh hukum adat yaitu jipen ije atau due halamaung taheta.   Sipet pantang dipotong dengan parang dan pantang pula di injak-injak. Melanggar aturan berarti tidak mentaati hukum adat, akibatnya bisa-bisa dituntut dalam suatu rapat adat.

Damek

Damek ialah anak sumpitan. Batang damek dibuat dari dahan pohon bendang atau dahan pohon bamban yang sudah dikeringkan. Bentuk dan ukuran damek bermacam-macam, namun ukuran umum biasanya panjang  limabelas centimeter. Lima centimeter dekat ujung damek dibuat celah atau dikerat dengan maksud apabila damek telah ditiup dan mengenai sasaran, tancapan ujung damek tidak mudah terlepas karena menancap dan mengikat daging korbannya bahkan patah sehingga ipuh yang dicampurkan pada damek meracuni korbannya. Dapat juga pada ujung diberi kaitan semacam pancing yang biasa disebut ahau atau lajau.
Untuk menyumpit burung-burung kecil semacam burung pipit, uhit, digunakan gumpalan tanah, kerikil atau buah-buah hutan yang besarnya telah disesuaikan dengan ukuran lubang sumpit Ujung bagian belakang damek diberi kayu ringan berukuran panjang dua centimeter dengan diameter setengah centimeter depan dan tigaperempat centimeter belakang. Kayu ringan tersebut ditancapkan pada bagian belakang damek untuk menstabilkan terbangnya damek saat ditiupkan ke sasaran yang dituju.
Ada dua jenis damek yaitu yang mengandung racun dan yang tidak mengandung racun.  yang mengandung racun digunakan untuk menyerang lawan dengan menggunakan  racun lemah atau racun mematikan. Damek yang tidak mengandung racun digunakan untuk berburu.

Ipu

Ipu ialah racun yang sengaja dibuat pada damek atau anak sumpitan. Racun ipu dibuat dari getah tumbuh-tumbuhan. Diantaranya getah pohon kayu siren/upas, atau ipuh /ipu, yang dicampur dengan getah tuba, batang/uwi ara, juga lombok. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul, lalu dimasak hingga kental. Diberi pewarna yang juga berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hitam adalah warna yang umum di pakai, namun dapat pula dipakai warna lainnya seperti putih, kuning, ataupun merah. Untuk racun mematikan, ramuan yang ada masih ditambahkan lagi bisa ular, bisa kalajengking, serum manusia yang telah meninggal lama.

Telep

Telep yaitu tempat menyimpan damek atau anak sumpitan. Dibuat dari seruas bambu dan atasnya diberi tutup yang terbuat dari tempurung kelapa. Bentuk tutup dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terbuka dan jatuh. Pinding telep atau telinga telep terbuat dari kuningan, atau dapat pula dari kayu.
Sebuah telep dapat memuat limapuluh sampai seratus batang damek. Bila bepergian cara membawa telep di kaitkan pada tali mandau pada pinggang sebelah kiri atau dibagian depan.

Taji

Taji adalah sejenis senjata rahasia yang dapat disembunyikan dibalik pakaian atau diikatkan pada pinggang. Bentuknya kecil, panjang hanya sekitar lima sampai sepuluh centi meter, lebar hanya setengah sampai satu centimeter, dan tajam sebelah menyebelah. Biasanya terbuat dari besi batu gunung dan mengandung bisa. Sarung taji terbuat dari kayu atau bambu dan hulunya kecil. Taji yang berasal dari daerah Pasir dan terbuat dari besi batu tengger dan mujat sangat terkenal keampuhannya .
Duhung

Duhung ialah senjata suku Dayak yang bentuk dan ukurannya seperti mata tombak, kedua sisinya tajam, pulang  duhung  terbuat dari tanduk dan kumpang nya  terbuat dari kayu. Hanya Basir, Damang, para Kepala Suku yang boleh memiliki dan menggunakannya.

Lunju

Lunju atau tombak ialah peralatan berburu yang juga dapat digunakan untuk berperang. Lunju bertangkai panjang berukuran dua meter, pada bagian ujung dipasang atau diikat mata lunju  dengan rotan yang dianyam. Untuk kwalitas istimewa mata lunju terbuat dari besi mantikei. Selain digunakan sebagai alat berburu binatang, lunju juga merupakan barang pusaka yang dirawat dengan baik karena dalam upacara-upacara tertentu lunju dibutuhkan keberadaannya sebagai pelengkap persyaratan upacara. Diyakini bahwa lunju-lunju tertentu bertuah dan ada penunggunya.
Beberapa nama lunju :
•    Lunju Bawin Sambilapayau
•    Lunju Darung Arang
•    Lunju Bunu Ruhui
•    Lunju Rabayang
•    Lunju Randu
•    Lunju Bunu – Ranying Pandereh Bunu – Renteng Nanggalung Bulau
•    Lunju Rawayang Sandang Awang
•    Lunju Pakihu, sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan besar.
•    Lunju Laurang, sering digunakan untuk berburu babi, rusa dan buaya.
•    Lunju Duhuk, sering digunakan untuk berburu binatang berkaki empat, apabila mata lunju terbuat dari besi mantikei, lunju jenis ini mampu membunuh beruang.
•    Lunju Ambung
•    Lunju Duha, mata lunju berbentuk agak bulat dan tidak panjang.
•    Lunju Buluh
•    Lunju Duha Tundan Dahian
•    Lunju Simpang
•    Lunju Sahimpang
•    Lunju Sarapang
•    Lunju Rangga Simpang
•    Lunju Sahimpang Banan
•    Lunju Salahawu
•    Lunju Simpang Dandan
•    Lunju Sahimpang Dandan

Dondong/Su’ut

Dondong/Su’ut terbuat dari bambu runcing yang bertangkai. Umumnya digunakan untuk menangkap binatang buruan, namun tidak jarang dondang juga dimanfaatkan untuk menyerang lawan. Caranya dondang dipasang mengelilingi kampung lawan dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu mengarah kearah perut atau jantung  lawan, sehingga siapapun yang terkena dondang,  jarang yang selamat.

Tambuwung

Tambuwung adalah sejenis perangkap berbentuk lubang yang digali sedalam dua sampai empat meter dan lebarnya satu sampai dua meter. digunakan untuk menangkap binatang buruan, juga untuk menangkap musuh. Lubang bagian dalam dibuat lebih besar dari pada dibagian atas agar apabila binatang atau musuh yang terjebak, tidak mudah untuk naik kembali. Bagian sebelah atas lubang ditutupi dengan ranting-ranting pohon, dedaunan, dibuat sedemikian rupa seolah tidak ada perangkap dibawahnya. Kadang-kadang dalam lubang diberi ranjau yang terbuat dari kayu atau bambu runcing sehingga yang terjebak,  jiwanya sulit tertolong.

Jarat

Jarat atau jerat adalah salah satu cara menangkap binatang buruan di hutan. Namun kadang-kadang digunakan juga untuk menjerat lawan.

Salengkap

Salengkap ialah salah satu alat pemberi tanda kepada penghuni rumah bahwa ada binatang atau musuh lalu atau meliwati daerah dekat rumahnya. Salengkap terbuat dari bambu yang diikat tali berukuran panjang.

Penyang/Penyong

Penyang ialah sejenis jimat yang diwariskan secara turun temurun. Terkadang dalam jumlah banyak berupa kayu-kayuan, batu-batuan, botol-botol kecil yang tertutup rapat, juga taring-taring binatang. Biasanya diikat bergelantungan dipinggang pemiliknya, atau dikalungkan pada leher pemiliknya bahkan dapat pula diikat bergelantungan pada sarung mandau. Penguasa Penyang adalah Jata lalunjung Panjang yang bertempat tinggal di langit ke tiga.  Suku Dayak yakin bahwa penyang yang mereka miliki mampu mengobarkan semangat pada saat perang, sehingga mereka tidak memiliki rasa takut kepada musuh. Disamping itu penyang mampu sebagai penolak bala, penolak racun apabila musuh berniat jahat meracuni mereka, menghindari gangguan mahluk halus, bahkan mampu menyembuhkan penyakit.
Penyang pantang dilangkahi oleh siapapun juga karena dengan dilangkahi khasiatnya akan berkurang. Jangan coba-coba mentertawakan atau memperolok-olok seorang yang ditubuhnya bergelantungan penyang karena penyang adalah lambang keberanian.  Mentertawakan atau menghina sama artinya dengan menghina Suku, hukumannya sama dengan membunuh Kepala Suku yaitu hukuman mati.

Langgei Simbel

Senjata khusus semacam jimat yang hanya dimiliki oleh kaum perempuan. Bentuknya kecil, pada langgai ditemukan semacam gelang yang terbuat dari tembaga.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rawayang Kawit Kalakai, Dereh Bunu, Dando atau Rando, Tohok, Tirok, Simpang, Jambia, Karis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar